• About Us
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Advertise & Media Partner
  • Kode Etik
Thursday, July 3, 2025
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
No Result
View All Result
Home Hiburan Film

“The Boy in the Striped Pyjamas” Kisahkan Sejarah Jerman yang Kelam

by Aqeela Ara
September 3, 2022
in Film, Review
Reading Time: 3 mins read
“The Boy in the Striped Pyjamas” Kisahkan Sejarah Jerman yang Kelam (ULTIMAGZ)

Salah satu cuplikan dari film “The Boy in the Striped Pyjamas”. (Foto: movieklub.com)

0
SHARES
1.2k
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

SERPONG, ULTIMAGZ.com – Setiap penjuru dunia pasti memiliki sejarah kelamnya masing-masing. Banyak cara untuk mengisahkan sejarah ke generasi selanjutnya, salah satunya melalui film.

Film “The Boy in the Striped Pyjamas” mengisahkan sejarah kelam di Jerman pada masa kekuasaan diktator Adolf Hitler. Adolf Hitler terkenal sebagai pemimpin Nazi Jerman yang memusuhi Yahudi pada 1933. Salah satu tragedi yang dibuat olehnya adalah Holocaust. Mengutip suara.com, Holocaust adalah peristiwa pembunuhan besar-besaran yang dilakukan oleh bangsa Nazi pada orang Yahudi selama mereka berkuasa. 

Dalam film tersebut, terdapat keluarga kecil yang terdiri dari ayah, ibu, satu anak perempuan yang bernama Gretel, dan satu anak laki-laki bernama Bruno (Asa Butterfield). Keluarga tersebut pindah dari Berlin ke Polandia karena sang Ayah yang merupakan petinggi tentara Jerman, ditugaskan ke sana.

Pada awalnya, Bruno tidak menyukai rumah barunya karena ia tidak mempunyai teman yang bisa diajak bermain, tidak seperti saat ia masih tinggal di Berlin. Hari demi hari ia lewati dengan rasa bosan. Bersamaan dengan hal itu, Bruno melihat pria tua yang bekerja di rumah mereka. Penampilan pria tersebut sangat aneh karena ia bekerja menggunakan piyama dengan motif bergaris.

Kemudian, Bruno juga melihat dari jendela kamarnya terdapat sekumpulan orang yang menggunakan baju piyama bergaris di dalam sebuah kamp. Bruno tertarik akan hal itu dan pergi keluar rumah untuk mencari kebenaran mengenai sekumpulan orang yang menggunakan piyama tersebut.

 

“The Boy in the Striped Pyjamas” Kisahkan Sejarah Jerman yang Kelam (ULTIMAGZ)
Salah satu adegan film “The Boy in the Striped Pyjamas”. (Foto: indozone.id)

Film keluaran tahun 2008 ini pun berpusat pada Bruno dan Shmuel (Jack Scanlon). Shmuel adalah anak kecil yang seumuran dengan Bruno dan merupakan seorang tahanan Yahudi di kamp belakang rumahnya. 

Banyak tantangan yang harus Bruno hadapi demi bermain bersama Shmuel. Namun sayangnya, kepolosan Bruno dan persahabatannya dengan Shmuel pada akhirnya akan membawa bencana pada hidupnya dan keluarganya.

Mark Herman sebagai sutradara menggunakan pendekatan yang unik untuk mengisahkan tragedi Holocaust. “The Boy in the Striped Pyjamas” memakai sudut pandang kenaifan masa kanak-kanak untuk mengkritik kejadian Holocaust. 

Film ini dramatis dalam segala hal dan secara realistis mengungkapkan realita mengerikan saat itu, dan penonton mungkin lupa bahwa film ini bergenre fiksi. Menggunakan alur maju, penonton seolah-olah diajak untuk menyimak kisah Bruno dan pertemanannya dengan Shmuel.

Akting dari para pemainnya kuat, terutama duet aktor muda Asa Butterfield dan Jack Scanlon. Keduanya menghuni peran mereka dengan baik, memungkinkan audiens untuk menerima hubungan yang mustahil yang didasarkan pada kedua sisi oleh perasaan kesepian dan isolasi.

Kepintaran film ini adalah bahkan tanpa menggunakan adegan yang mengerikan atau grafis, film ini masih mengingatkan kita pada kebrutalan tragedi Holocaust. Film ini mengisahkan kebrutalan sebuah sejarah kelam, tetapi tidak memaksa penonton untuk benar-benar menatap kebrutalan itu secara langsung. 

Baca juga: Mengenal 5 Pemimpin ‘Problematik’ dalam Sejarah Dunia

Memilukan seperti yang selalu diceritakan sejarah mengenai Holocaust, film ini membawa jenis kesedihan yang berbeda. Kepolosan masa kanak-kanak adalah konsep yang mendominasi film ini dan mendukung perspektif tentang Holocaust yang penting untuk pemahaman penuh tentang kekejaman Nazi selama Perang Dunia Kedua.

Apabila Ultimates ingin menonton film ini, lebih baik pelajari dan ketahui lebih mengenai tragedi Holocaust. Sebab, film ini merupakan pengantar yang lebih lembut untuk realitas mengerikan dari Holocaust.

 

Penulis: Aqeela Ara

Editor: Alycia Catelyn

Foto: movieklub.com, indozone.id

Sumber: suara.com

Tags: 20082022Adolf Hitlerartikel reviewAsa Butterfielddiskriminasi yahudientertainmentfilmgermangermanyhiburanhistoryHolocaustJack ScanlonJermanjewjewishmoviemoviesNazireviewReview FilmSejarahSejarah Duniasejarah jermansejarah kelamsoft newsThe Boy in the Striped Pyjamasulasanyahudi
Aqeela Ara

Aqeela Ara

Related Posts

Ilustrasi seorang wanita menonton film di waktu rehatnya. (freepik.com)
Film

Pelukan Dalam Bentuk Film: Teman Menonton Saat Dunia Terasa Berat

May 19, 2025
Potret Buku Surrounded by Idiots karya Thomas Erickson (penguin.com.au)
Literatur

Surrounded by Idiots: Mereka Bukan Idiot, Mereka Hanya Berbeda

May 7, 2025
Ethan Hunt (Tom Cruise) dalam trailer Mission: Impossible - The Final Reckoning. (youtube.com/Paramount Pictures)
Film

Mission: Impossible – The Final Reckoning, Inikah Akhir Perjalanan Ethan Hunt?

May 5, 2025
Next Post
(Dari kiri ke kanan) Iqbaal Ramadhan, Angga Yunanda, Umay Shahab, Ari Irham, Rachel Amanda, dan Aghniny Haque dalam poster “Mencuri Raden Saleh”. (Foto: sumsel.voi.id)

“Mencuri Raden Saleh” Kisahkan Rencana Kriminal Sekelompok Anak Muda

Comments 2

  1. binance says:
    6 months ago

    Thank you for your sharing. I am worried that I lack creative ideas. It is your article that makes me full of hope. Thank you. But, I have a question, can you help me?

  2. безплатен профил в binance says:
    5 months ago

    I don’t think the title of your article matches the content lol. Just kidding, mainly because I had some doubts after reading the article.

Popular News

  • wawancara

    Bagaimana Cara Menjawab Pertanyaan ‘Klise’ Wawancara?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Risa Saraswati Ceritakan Kisah Pilu 5 Sahabat Tak Kasat Matanya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Ivanna Van Dijk Sosok Dari Film ‘Danur 2 : Maddah’

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gading Festival: Pusat Kuliner dan Rekreasi oleh Sedayu City

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merasa Depresi? Coba Cek 4 Organisasi Kesehatan Mental Ini!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Pages

  • About Us
  • Advertise & Media Partner
  • Artikel Terbar-U
  • Beranda
  • Kode Etik
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Ultimagz Foto
  • Disabilitas

Kategori

About Us

Ultimagz merupakan sebuah majalah kampus independen yang berlokasi di Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Ultimagz pertama kali terbit pada tahun 2007. Saat itu, keluarga Ultimagz generasi pertama berhasil menerbitkan sebuah majalah yang bertujuan membantu mempromosikan kampus. Ultimagz saat itu juga menjadi wadah pelatihan menulis bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) UMN dan non-FIKOM.

© Ultimagz 2021

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto

© Ultimagz 2021