SERPONG, ULTIMAGZ.com – Setiap penjuru dunia pasti memiliki sejarah kelamnya masing-masing. Banyak cara untuk mengisahkan sejarah ke generasi selanjutnya, salah satunya melalui film.
Film “The Boy in the Striped Pyjamas” mengisahkan sejarah kelam di Jerman pada masa kekuasaan diktator Adolf Hitler. Adolf Hitler terkenal sebagai pemimpin Nazi Jerman yang memusuhi Yahudi pada 1933. Salah satu tragedi yang dibuat olehnya adalah Holocaust. Mengutip suara.com, Holocaust adalah peristiwa pembunuhan besar-besaran yang dilakukan oleh bangsa Nazi pada orang Yahudi selama mereka berkuasa.
Dalam film tersebut, terdapat keluarga kecil yang terdiri dari ayah, ibu, satu anak perempuan yang bernama Gretel, dan satu anak laki-laki bernama Bruno (Asa Butterfield). Keluarga tersebut pindah dari Berlin ke Polandia karena sang Ayah yang merupakan petinggi tentara Jerman, ditugaskan ke sana.
Pada awalnya, Bruno tidak menyukai rumah barunya karena ia tidak mempunyai teman yang bisa diajak bermain, tidak seperti saat ia masih tinggal di Berlin. Hari demi hari ia lewati dengan rasa bosan. Bersamaan dengan hal itu, Bruno melihat pria tua yang bekerja di rumah mereka. Penampilan pria tersebut sangat aneh karena ia bekerja menggunakan piyama dengan motif bergaris.
Kemudian, Bruno juga melihat dari jendela kamarnya terdapat sekumpulan orang yang menggunakan baju piyama bergaris di dalam sebuah kamp. Bruno tertarik akan hal itu dan pergi keluar rumah untuk mencari kebenaran mengenai sekumpulan orang yang menggunakan piyama tersebut.

Film keluaran tahun 2008 ini pun berpusat pada Bruno dan Shmuel (Jack Scanlon). Shmuel adalah anak kecil yang seumuran dengan Bruno dan merupakan seorang tahanan Yahudi di kamp belakang rumahnya.
Banyak tantangan yang harus Bruno hadapi demi bermain bersama Shmuel. Namun sayangnya, kepolosan Bruno dan persahabatannya dengan Shmuel pada akhirnya akan membawa bencana pada hidupnya dan keluarganya.
Mark Herman sebagai sutradara menggunakan pendekatan yang unik untuk mengisahkan tragedi Holocaust. “The Boy in the Striped Pyjamas” memakai sudut pandang kenaifan masa kanak-kanak untuk mengkritik kejadian Holocaust.
Film ini dramatis dalam segala hal dan secara realistis mengungkapkan realita mengerikan saat itu, dan penonton mungkin lupa bahwa film ini bergenre fiksi. Menggunakan alur maju, penonton seolah-olah diajak untuk menyimak kisah Bruno dan pertemanannya dengan Shmuel.
Akting dari para pemainnya kuat, terutama duet aktor muda Asa Butterfield dan Jack Scanlon. Keduanya menghuni peran mereka dengan baik, memungkinkan audiens untuk menerima hubungan yang mustahil yang didasarkan pada kedua sisi oleh perasaan kesepian dan isolasi.
Kepintaran film ini adalah bahkan tanpa menggunakan adegan yang mengerikan atau grafis, film ini masih mengingatkan kita pada kebrutalan tragedi Holocaust. Film ini mengisahkan kebrutalan sebuah sejarah kelam, tetapi tidak memaksa penonton untuk benar-benar menatap kebrutalan itu secara langsung.
Baca juga: Mengenal 5 Pemimpin ‘Problematik’ dalam Sejarah Dunia
Memilukan seperti yang selalu diceritakan sejarah mengenai Holocaust, film ini membawa jenis kesedihan yang berbeda. Kepolosan masa kanak-kanak adalah konsep yang mendominasi film ini dan mendukung perspektif tentang Holocaust yang penting untuk pemahaman penuh tentang kekejaman Nazi selama Perang Dunia Kedua.
Apabila Ultimates ingin menonton film ini, lebih baik pelajari dan ketahui lebih mengenai tragedi Holocaust. Sebab, film ini merupakan pengantar yang lebih lembut untuk realitas mengerikan dari Holocaust.
Penulis: Aqeela Ara
Editor: Alycia Catelyn
Foto: movieklub.com, indozone.id
Sumber: suara.com