SERPONG, ULTIMAGZ.com – Penggunaan Artificial Intelligence (AI) di bidang kesenian dan multimedia sudah lama menjadi suatu hal yang kontroversial. Salah satu alasan utamanya karena gambar hasil AI menggunakan karya seniman manusia sebagai ‘referensi’.
Maka dari itu, tidak heran apabila fakultas seni di berbagai universitas melarang penggunaan AI pada mata kuliahnya. Larangan ini juga diterapkan di Universitas Multimedia Nusantara (UMN) dengan jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV) yang terakreditasi A.
Baca juga: AI Art Generator Marak Digunakan, Bagaimana Nasib Seniman
Hal ini menggambarkan eksistensi UMN sebagai kampus yang berbasis multimedia serta unggul dalam program studi (prodi) tersebut. Prodi DKV UMN pun memiliki peraturan yang ketat tentang penggunaan AI dalam proses berkarya.
Ada serangkai kriteria plagiasi yang melarang penggunaan gambar AI dalam karya mahasiswa. Apabila ditemukan melanggar peraturan tersebut, mahasiswa akan menerima konsekuensi berupa nilai F pada mata kuliah yang bersangkutan.
Namun, hal tersebut tidak mencegah penggunaan gambar AI dari beberapa pihak manajemen di kampus UMN.
Multimedia Tapi Kurang Peka terhadap Penggunaan AI
Salah satu penggunaan gambar AI terdapat pada wallpaper di depan ruangan Multimedia Nusantara School (MNS). Wallpaper yang terdapat pada gedung D lantai 2 UMN mengilustrasikan anak-anak sekolah sedang belajar dan bermain.
Namun, apabila diperhatikan secara kritis, beberapa gambar tersebut memiliki ciri khas buatan AI. Hal ini dapat dilihat dari bentuk wajah tidak komprehensif dan anggota tubuh yang tidak konsisten. Hadirnya gambar ambigu seperti makhluk berwarna pink di belakang seorang anak juga memperjelas bahwa ini karya AI.
ULTIMAGZ pun menghampiri ruang MNS pada Kamis (21/11/24) untuk wawancara perihal wallpaper tersebut. Namun, hanya terdapat staf marketing yang menjelaskan bahwa mereka tidak bertanggung jawab atas penggunaan wallpaper tersebut.
“Itu sih dari keputusan yayasan, ya. Kalau mau dapat informasi lebih jelas bisa ke yang bikin, sih,” jawab staf marketing MNS ketika ditanyakan mengenai alasan penggunaan karya AI.
Penggunaan gambar hasil AI di lingkungan kampus tidak sebatas itu saja. Pada Jumat (15/11/24), pihak IT Development UMN menyebarkan kuesioner masukan untuk versi terbaru Virtual Assistant multimedia nusantaRA (VARA). Namun, visual utama yang tercantum pada siaran kuesioner memiliki gaya ilustrasi bak buatan AI.
Karakter VARA tersebut berupa ilustrasi perempuan hasil AI dengan logo UMN yang dikomposisikan pada gambar. Untuk mempelajari latar belakang penggunaan gambar tersebut, ULTIMAGZ mengajukan wawancara dengan General Manager IT Development UMN secara dalam jaringan (daring) dengan mengirimkan daftar pertanyaan lewat surat elektronik (surel) pada Senin (25/11/24). Namun, sampai saat artikel ini ditulis, ULTIMAGZ belum mendapat balasan apapun dari pihak IT Development UMN.
Kejadian ini memicu tindakan dari perwakilan prodi DKV. Pada Kamis (21/11/24) kemarin, Himpunan Mahasiswa Desain Komunikasi Visual (HMDKV) UMN mengumumkan melalui unggahan story di Instagram bahwa karakter VARA hasil AI tersebut tidak lagi digunakan.
Ajang seperti Pekan Kreativitas Nusantara (Pekantara) pun tidak bebas dari penggunaan AI. Spanduk yang pertama kali dilihat oleh pengunjung menghadirkan dua maskot AI. Hal ini dapat dilihat dari gaya visual khas AI serta detail mata yang tidak konsisten.
Padahal, acara ini yang namanya sendiri sudah mengandung kata “kreativitas” seharusnya bertujuan untuk menjunjung karya mahasiswa.
Padahal Pekantara ini melombakan inovasi mahasiswa UMN yang sesuai dengan Sustainable Development Goals (SDG). Mahasiswa diminta untuk membuat solusi terkait isu nasional sekreatif mungkin. Maka penggunaan AI tanpa melibatkan kreativitas dari manusia cukup ironis, apalagi dijadikan visual utama.
Respons Mahasiswa DKV terhadap Penggunaan Gambar AI
Unggahan tersebut menunjukkan bahwa penggunaan gambar AI di lingkungan kampus menimbulkan rasa kecewa pada mahasiswa, terutama yang berasal dari jurusan DKV. Salah satunya mahasiswa DKV UMN angkatan 2023 bernama Ahsan (nama samaran), yang berpendapat bahwa penggunaan gambar AI di lingkungan kampus tidak pantas.
“Menurutku menghina, (mengingat) seberapa banyak bakat mahasiswa DKV di kampus UMN tidak dipakai. Aku ngerti konsep mereka di VARA pakai AI art sebagai konsep kalau (karakternya) itu AI, tapi tetap saja itu benar-benar menghina yang seharusnya jadi kerjaan anak desain,” jelas Ahsan saat diwawancarai ULTIMAGZ, Kamis (21/11/24).
Selain itu, Ahsan merasakan bahwa sebaiknya ada kebijakan yang membatasi penggunaan karya AI di lingkungan kampus, seiring dengan meningkatnya prevalensi teknologi AI.
“Dari konsep kampusnya sih multimedia ya, kalo teknologi harus selalu maju dengan perkembangan jaman. Tapi kampus kita juga terkenal dengan jurusan DKVnya, jadi lebih baik jangan anggap remeh jurusan tersebut lah,” ucap Ahsan.
Pendapat serupa diutarakan oleh Clara (nama samaran), yang juga berasal dari jurusan DKV UMN angkatan 2023. Menurut Clara, penggunaan gambar hasil AI di lingkungan kampus sebaiknya dikondisikan agar tetap menghargai mahasiswa Fakultas Seni dan Desain (FSD).
“Karena kita juga tidak dibolehin pakai AI art, dan kampus semena-mena pakainya seakan kampus kita enggak terkenal di bagian DKV-nya. Bayangin aja mahasiswa baru datang ke kampus kita, terus mereka lihatnya AI art. Jadinya ‘kan kayak itu enggak merepresentasikan kampus kita,” ujarnya saat diwawancarai ULTIMAGZ, Kamis (21/11/24).
Sama seperti Ahsan, Clara juga berharap bahwa pihak kampus dapat menegaskan kebijakan mengenai penggunaan gambar AI. Ia lanjut mengatakan bahwa kampus bisa memanfaatkan tenaga kerja mahasiswa dalam kebutuhan karya.
“Gua yakin ada banyak mahasiswa yang mau volunteer untuk memamerkan karya mereka. Lebih baik gunakan sumber yang sudah ada, toh juga sama aja hasilnya bahkan bisa lebih bagus,” lanjut Clara.
Penggunaan gambar AI pada wallpaper MNS dan siaran survei VARA sepatutnya dapat dihindari oleh pihak Yayasan Multimedia Nusantara, UMN, atau pihak manapun yang bertanggung jawab atas hal ini. Jalan alternatif tersebut diutarakan oleh mahasiswa DKV lain bernama Erven.
“Harusnya mereka bisa gunakan hak mereka untuk buat acara lomba bikin art tentang VARA gitu. Jadi, kenapa harus pakai AI?” Ujarnya ketika diwawancarai oleh ULTIMAGZ pada Rabu (20/11/24).
Akan tetapi, bagaimana dengan kasus seperti wallpaper MNS ketika suatu karya dibutuhkan dalam waktu singkat? Mahasiswa DKV UMN angkatan 2023 bernama Selina (nama samaran) turut berpendapat bahwa hal tersebut tidak membenarkan penggunaan gambar AI.
“Meskipun gua bisa ngerti (wallpaper) itu diperlukannya secara cepat, gua rasa ini jadinya sangat bertolak belakang dengan impresi terhadap prodi yang di UMN sendiri itu dibanggakan,” tutur Selina saat diwawancarai ULTIMAGZ, Kamis (21/11/24).
Solusi Menghadapi Maraknya Penggunaan AI
Penggunaan AI sendiri bukan menjadi masalah. Pada akhirnya, AI akan menjadi bagian dari masa depan dan kampus harus beradaptasi dengannya. Ini menjadi poin baik bagi kampus multimedia yang selalu mengikuti perkembangan zaman.
Namun, untuk menghargai mahasiswa yang menempuh studi di FSD, akan lebih baik jika penggunaan gambar AI di lingkungan kampus dikondisikan. Peraturan tentang gambar AI tidak hanya dipatuhi dalam ruang lingkup FSD, tetapi juga keseluruhan sivitas akademika.
“Penggunaan AI itu sebenarnya enggak salah, tapi kalau bisa hal seperti ini tidak dipakai,” jelas Erven.
Baca juga: Mengapa Bot Tidak Bisa Lolos “Saya Bukan Robot”?
“Contohnya di matkul (mata kuliah) aku, kami diperbolehkan memakai AI tapi untuk mencari informasi. Kalau bikin gambar, logo, dan lain-lain, itu sebaiknya gunakan skill kita sendiri,” lanjutnya.
Penting untuk mempertahankan karya manusia sebagai prioritas dibandingkan penggunaan AI yang tidak diperlukan. Manusia bukan mengandalkan AI sepenuhnya, melainkan AI yang perlu mengandalkan manusia.
Penulis: Jonathan Christopher Winfrey (Desain Komunikasi Visual, 2023), Kristy Charissa Lee (Desain Komunikasi Visual, 2023)
Editor: Cheryl Natalia, Jessie Valencia
Foto: Sofhi Srieky Tiambun, Jonathan Christopher Winfrey, Kristy Charissa Lee