SERPONG, ULTIMAGZ.com – Artificial Intelligence (AI) saat ini sudah menjadi hal yang populer, termasuk di dunia seni dan desain. Popularitas tersebut dimulai dengan AI art generator bernama DALL-E yang mengenalkan masyarakat kepada gambar AI di tahun 2021.
Melansir kompas.com, AI art generator merupakan perangkat lunak yang mampu mempelajari input data dan mengelolahnya menjadi gambar. Hanya dengan ketikan kata, aplikasi AI seperti Midjourney dan Dream by WOMBO dapat menghasilkan karya seni dalam hitungan detik.
Baca juga: Seniman Tidak Akan Tergantikan oleh Kecerdasan Buatan
Pada dasarnya, pembuatan karya seni oleh AI dinilai lebih efisien. Selain dapat memangkas waktu, karya seni yang dibuat oleh AI juga tidak memerlukan banyak alat karena cukup menggunakan ketikan kata saja.
Akan tetapi, dalam proses pembuatannya, AI kerap kali mengambil berbagai karya begitu saja tanpa adanya persetujuan dari seniman terkait. Hal ini menimbulkan kecaman dari seniman yang menganggap bahwa gambar buatan AI “kurang menghargai” usaha mereka.
Seniman: AI Mengambil Karya Seni Tanpa Izin
Penggunaan gambar AI sudah lama menjadi kontroversi di komunitas seni. Selain mencuri karya para seniman, AI sekarang dapat mengambil lowongan kerja mereka. Iklan dan kampanye yang biasa menjadi tugas desainer sekarang diserahkan kepada mesin.
Selain masyarakat awam, penggunaan gambar AI pun juga menimbulkan kekhawatiran dari para seniman. Pasalnya, AI juga dianggap dapat mengambil alih pekerjaan seniman seperti mendesain iklan dan baliho.
“Hal ini membuat para artis dan seniman concern bahwa teknologi ini akan ambil sumber penghidupan mereka atau juga membuat si pembuatan seni artistik seperti concept art menjadi murah banget,” kata seniman digital Raiyan Laksamana, dilansir voaindonesia.com.
Di sisi lain, ilustrator Ario Anindito beropini bahwa gambar AI justru akan membuat mahal karya seni manusia.
“Ibaratnya di antara 1000 karya yang dihasilkan oleh AI, satu yang benar-benar dihasilkan sama manusia itu akan lebih berarti,” ujar Ario, dilansir voaindonesia.com.
Menurutnya, maraknya penggunaan AI untuk menghasilkan karya seni merupakan suatu hal yang tidak bisa dihindari. Seniman hanya bisa memastikan regulasi tidak dilanggar.
Namun, Ario mengakui bahwa pengambilan karya seniman dari internet merupakan sebuah hal yang salah.
“Yang salah dari AI generator ini adalah ketika dia ngambil dari seniman yang sudah ada, jadi mereka engga pernah memberikan izin untuk gayanya dipakai buat data gambar AI,” ungkapnya.
Selain itu, ia juga menyampaikan bahwa pengambilan karya seni tanpa izin tersebut sangat merugikan seniman.
“Itu yang sebenarnya merugikan, itu yang seharusnya kita cari cara untuk jangan sampai terjadi tindakan pencurian style atau pelanggaran hak cipta,” lanjut Ario.
Respon Negatif Publik Terhadap Gambar Buatan AI
Kontroversi penggunaan AI dalam menciptakan karya seni ini terlihat dari tanggapan publik mengenai kampanye yang dibuat oleh Wacom, perusahaan tabel grafik asal Jepang. Unggahan di akun resmi sosial media X Wacom pada Sabtu (03/01/24) menampilkan gambar ilustrasi naga dalam rangka menyambut tahun baru Imlek.

Beberapa orang menemukan bahwa ilustrasi naga tersebut bukan hasil gambar manusia, melainkan gambar AI. Hal ini dapat dilihat dari sisik yang tidak jelas serta sejumlah gigi naga yang bercampur jadi satu. Akibatnya, mayoritas pengguna X mengecam Wacom atas pilihan mereka untuk menggunakan AI.
“Ironis banget,” unggah satu pengguna X dengan username @mrwonderlands. “Merek yang jual produk untuk manusia malah pakai AI untuk iklannya.”
“Buat apa seseorang yang kasih perintah ke AI perlu tablet gambar?” sindir pengguna X dengan username @meganroseruiz.
Tanggapan negatif tersebut mendorong Wacom untuk menghapus unggahan tersebut dan menulis surat pernyataan pada Rabu (10/01/24) di sosial media Instagram dan di website Wacom sendiri.
“Kami ingin meyakinkan kamu semua bahwa penggunaan gambar yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan dalam aset-aset ini bukanlah niat kami,” tulis Wacom, dilansir dari merahputih.com.
Selain perusahaan, gambar AI juga dapat ditemukan pada baliho kampanye dunia politik. Salah satu contohnya adalah baliho milik Prabowo-Gibran, pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 2 Pemilu 2024.
“Itu yang bikin ga modal, pakai AI jelek buat kampanye. Engga menghargai ilustrator,” unggah satu pengguna X dengan username @eyecirkle.
Mengenai kritikan tersebut, tim sukses Prabowo-Gibran memberikan tanggapannya. Melansir dari kompas.com, penggunaan gambar buatan AI ini dilakukan dengan tujuan menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.
“Justru ini merupakan simbol bahwa Prabowo dan Gibran mengakui adanya perubahan zaman hari ini, di mana AI sudah jadi bagian tidak terpisahkan dari hidup kita,” ujar perwakilan tim sukses (timses) 02 Astrio Feligent pada Minggu (28/01/24).
Mahasiswa Angkat Bicara Mengenai Penggunaan AI di Bidang Seni
Selain seniman dan publik, mahasiswa pun turut mengutarakan kekhawatirannya akan hadirnya AI di bidang seni. Kemunculan mesin berbasis kecerdasan buatan ini membuat mereka mempertanyakan masa depannya.
“Sebenarnya kesal lihatnya,” ujar Tacya mahasiswa Desain Komunikasi Visual (DKV) UMN angkatan 2023 saat diwawancarai ULTIMAGZ, Sabtu (03/02/24).
“Aku rasa jadi engga guna banget kuliah,” lanjutnya.
Kontroversi pemakaian gambar AI juga mengundang frustasi dari mahasiswa DKV yang mendapatkan larangan dari dosen dalam penggunaan AI.
“Kita saja dilarang pakai AI kalau kerjain tugas. Kenapa mereka gampang banget pakainya?” curhat Kheisha mahasiswa DKV UMN angkatan 2023 saat diwawancarai ULTIMAGZ, Sabtu (03/02/24).
Beberapa seniman juga mulai kehilangan cinta mereka dalam menghasilkan karya seni karena merasa tidak bisa bersaing dengan AI. Sebaliknya, ada juga seniman yang terus berkarya, tetapi bercita-cita untuk mencari kerja di negara lain.
“Malas desain sih engga, tapi malah jadi lebih pengen cari klien atau kerjaan di luar,” ungkap Tacya.
Baca juga: Transformasi Teknologi melalui ChatGPT
Peran seorang seniman tidak hanya mendesain baliho kampanye atau iklan produk serta ilustrasi di internet. Mereka juga menciptakan tontonan kartun, pakaian sehari-hari, hingga desain interior. Dengan menjalankan passion melalui karya-karyanya, seniman dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pemakaian AI yang berlebihan akan membuat seniman Indonesia kehilangan harapan di negaranya sendiri. Maka dari itu, harus ada batasan yang jelas dalam pembuatan karya seni supaya tidak menimbulkan kontroversi publik.
Penulis: Kristy Charissa Lee (Desain Komunikasi Visual, 2023)
Editor: Michael Ludovico
Foto: eraspace.com, diyphotography.net
Sumber: kompas.com, voaindonesia.com, merahputih.com, pikiran-rakyat.com
I was wondering if you ever considered changing the layout of your site? Its very well written; I love what youve got to say. But maybe you could a little more in the way of content so people could connect with it better. Youve got an awful lot of text for only having one or 2 pictures. Maybe you could space it out better?
Its wonderful as your other articles : D, regards for putting up. “To be at peace with ourselves we need to know ourselves.” by Caitlin Matthews.
I am curious to find out what blog platform you happen to be utilizing? I’m having some minor security issues with my latest blog and I would like to find something more secure. Do you have any recommendations?
Can I simply say what a relief to find somebody who truly knows what theyre talking about on the internet. You undoubtedly know methods to carry an issue to gentle and make it important. More folks have to learn this and understand this facet of the story. I cant imagine youre no more fashionable because you definitely have the gift.
I am constantly searching online for articles that can benefit me. Thank you!
Wow! Thank you! I continually needed to write on my blog something like that. Can I include a portion of your post to my site?