JAKARTA, ULTIMAGZ.com – Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang melanda Australia sejak September lalu diperkirakan belum berakhir dalam waktu yang dekat. Walau kondisi diperkirakan akan membaik selama seminggu ke depan, suhu musim panas Australia umumnya mencapai puncaknya pada Januari dan Februari.
“Fenomena seperti ini akan menjadi lebih hebat kerena yang ekstrem akan menjadi lebih ekstrem,” ujar ahli iklim asal Polandia Zbigniew Kundzewics, dikutip dari tirto.com.
Menurut Kundzewics, karhutla di Australia bukan hanya disebabkan oleh suhu yang ekstrem, melainkan juga kekeringan. Badan Meteorologi Australia mencatat bahwa 2019 merupakan tahun paling panas dan paling kering dalam sejarah Australia. Rata-rata suhu maksimum tertinggi sepanjang masa tercatat di angka 41,9 derajat celcius pada 17 Desember lalu, dengan rata-rata curah hujan yang hanya mencapai 277.6 mm.
Terdapat 37.488 titik api yang terdeteksi oleh NASA selama 18 hari terakhir dan 38 persen di antaranya terletak di New South Wales (NSW). Hal ini pun menjadikan NSW sebagai negara bagian di Australia yang paling terdampak karhutla. Akibat peristiwa ini, 28 orang meninggal dunia, lebih dari 7,3 juta hektar lahan terbakar, dan lebih dari 2.000 rumah di NSW hancur oleh api.
Tak hanya manusia, lebih dari setengah miliar hewan juga menjadi korban. Menurut Menteri Lingkungan Hidup Australia Sussan Ley, sekitar 1/3 populasi koala di NSW telah mati akibat karhutla kali ini. Hewan-hewan endemik Australia lainnya yang berpopulasi lebih sedikit, seperti antechinus serta spesies burung dan katak tertentu, juga terancam punah.
Terkait bencana ini, pemerintah Australia telah menurunkan lebih dari 2.000 personil pemadam kebakaran di NSW. Pemerintah Amerika Serikat, Kanada, dan New Zealand pun juga telah mengirimkan personil tambahan untuk membantu menangani krisis ini. Sementara itu, Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengalokasikan dua miliar dolar Australia kepada Agensi Nasional Pemulihan Kebakaran Hutan untuk menolong korban dan membangun kembali infrastruktur yang terdampak.
“Kami ingin mengurangi emisi dan melakukan yang terbaik yang kami bisa,” pungkas Morrison terkait rencana Australia ke depan dalam menghadapi perubahan iklim, dikutip dari telegraph.co.uk.
Penulis: Charlenne Kayla Roeslie
Editor: Audrie Safira Maulana
Foto: Saeed Khan/AFP
Sumber: cnnindonesia.com, cnn.com, time.com, tirto.com, telegraph.co.uk