SERPONG, ULTIMAGZ.com – Bangsa Indonesia merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) yang ke-78 pada 17 Agustus 2023. Hari yang melambangkan hasil perjuangan para pahlawan Indonesia yang telah mengorbankan jiwa dan raga mereka demi kebebasan bangsa.
Kemerdekaan Indonesia ditandai dengan pembacaan Proklamasi Kemerdekaan oleh Presiden pertama Republik Indonesia (RI), Ir. Soekarno, pada 17 Agustus 1945. Proklamasi itu menandakan bangsa Indonesia meraih kemerdekaan seutuhnya, tidak lagi di bawah kekuasaan bangsa lain.
Baca juga: Polemik Thrifting: Pakaian Bekas Impor Ganggu Industri Tekstil Indonesia
Perjuangan menjaga kemerdekaan saat ini pun menjadi tugas seluruh rakyat Indonesia, terutama generasi muda. Sebab, generasi muda adalah calon pemimpin dan penerus bagi bangsa di masa depan. Maka dari itu, generasi muda mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam mempertahankan keutuhan bangsa, serta membangun kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan.
Lantas, apa makna Hari Kemerdekaan yang diperingati setiap 17 Agustus bagi generasi muda?
“Menurut saya, Hari Kemerdekaan dapat dimaknai oleh semangat anak muda yang bekerja keras untuk memajukan bangsanya dalam era modern seperti saat ini,” kata Muhammad Hafid Malik, mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara (UMN) jurusan Jurnalistik 2021 pada Rabu (16/07/23).
“Di zaman sekarang, kita tidak perlu berperang untuk bisa memaknai arti sebuah kemerdekaan. Tapi bisa dengan cara belajar yang rajin dan menunjukkan kemampuan minat bakat kita,” lanjut Hafid.
Hal senada disampaikan oleh Charina Elliani, mahasiswi UMN jurusan Jurnalistik 2020. Ia memaknai Hari Kemerdekaan sebagai cara bagaimana anak muda bisa menciptakan sesuatu yang bermakna dan bermanfaat luas bagi banyak orang, terutama untuk Indonesia.
Sebagai negara kepulauan, Indonesia juga memiliki keberagaman. Baik itu suku, budaya, adat istiadat, ras, agama atau kepercayaan, dan antar golongan. Dengan keberagaman inilah Indonesia diwarnai dengan berbagai macam perbedaan.
“Hari Kemerdekaan juga bisa dilakukan dengan simpel seperti saling menghargai dan toleransi terhadap sesama, apa pun perbedaannya,” tambah Charina, Selasa (15/07/23).
Semangat Kemerdekaan Semakin Menurun?
Pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny Januar Ali pernah melakukan survei di 34 provinsi pada 28 Juni hingga 5 Juli 2018. Hasil survei menunjukkan bahwa publik yang pro-Pancasila menurun, dilansir dari news.republika.co.id.
Pada 2005, publik yang pro-Pancasila mencapai 85,2%. Lima tahun setelahnya, yakni pada 2010, menjadi 81,7%. Lalu, pada 2015, angkanya menjadi 79,4% dan turun lagi menjadi 75,3% pada 2018. Artinya, dalam waktu 13 tahun, publik yang pro-Pancasila menurun 10%.
Menurut Fidellia Geisca, mahasiswi UMN jurusan Komunikasi Strategis 2022, semangat kemerdekaan generasi sekarang memang menurun. Hal tersebut akibat adanya pengaruh eksternal yang secara langsung dan tidak langsung tumbuh di dalam personal dan menurunkan jiwa dan semangat nasionalisme.
“Secara eksternal, karena ada pengaruh dari modernisasi dan globalisasi, sehingga berdampak pada sifat nasionalisme pribadi,” jelas Fidellia pada ULTIMAGZ pada Selasa (15/07/23).
“Secara internal, dampak kekecewaan generasi muda pada pertumbuhan negara juga kerap kali timbul karena kekecewaan terhadap pemerintah, kurangnya perhatian negara kepada rakyatnya yang membuat rakyat merasa tidak diperjuangkan dan diperhatikan. Pada akhirnya berpengaruh pada sifat untuk membela negara dan juga nasionalisme.”
Charina mengatakan hal yang serupa. Ia bercerita bahwa orang-orang di sekitarnya banyak yang merasa jiwa nasionalismenya menurun karena melihat negara lain yang jauh lebih menyediakan kesejahteraan untuk kehidupan rakyatnya.
Kemudian, banyaknya gempuran kebudayaan asing melalui media dan teknologi internet juga berpotensi mendominasi serta mempengaruhi kebudayaan lokal. Hari Kemerdekaan adalah momen krusial yang harus dimaknai dengan baik oleh generasi muda. Namun, di masa sekarang yang penuh teknologi dan informasi, terkadang nilai-nilai kemerdekaan dapat terabaikan.
“Mungkin karena semakin banyak dan besar pengaruh budaya asing, jadi seakan-akan nilai-nilai atau budaya Indonesia itu tenggelam,” ucap Charina.
“Semakin berkembangnya zaman juga memudahkan akses internet, dan itu juga memengaruhi konten-konten yang dikonsumsi setiap harinya,” lanjutnya.
Sementara itu, Hafid merasa bahwa tidak semua anak muda lupa dengan nilai-nilai Pancasila dan masih ada yang memiliki jiwa nasionalisme.
“Masih banyak anak muda yang mau berkreasi dengan instrumen budayanya, sehingga semangat kemerdekaan di generasi belum menurun. Akan tetapi, banyak juga anak muda yang sekarang terpapar budaya luar,” ujar Hafid.
Memaknai Ulang Semangat Kemerdekaan
Bisa disimpulkan, tantangan utama generasi muda di era digital ini adalah untuk tidak hanyut dan tidak menjadi korban dari sisi negatif kemajuan teknologi.
Fidellia mengatakan bahwa untuk mengatasi hal tersebut, generasi muda harus mau belajar dan mengerti hakikat serta cerita di balik kemerdekaan Indonesia. Dengan cara itu, mereka mampu menghargai perjuangan para tokoh yang memperjuangkan kebebasan dan kesejahteraan Indonesia dari para penjajah.
Harapannya dengan mempelajari semangat para pejuang dan para pahlawan Indonesia, semangat itu hendaknya tertanam dalam diri sendiri, kata Fidellia.
Kemerdekaan Indonesia bukanlah akhir dari sebuah perjuangan. Tugas anak-anak muda Indonesia saat ini adalah menjaga apa yang telah ditinggalkan oleh para pahlawan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Apa yang Bisa Dilakukan?
Jika bicara soal memperjuangan kemerdekaan, sudah bukan lagi tentang berada di medan perang dengan bambu runcing ataupun menang melawan penjajah. Namun, generasi muda saat ini bisa mempertahankan semangat kemerdekaan dengan cara mengharumkan nama Indonesia.
“Perlu mengembangkan semangat nasionalisme mulai dari menghidupkan lagi karya budaya Indonesia yang sudah memudar, meningkatkan prestasi dan karya untuk kemajuan bangsa, serta adaptasi dengan era modern, sehingga kemajuan dan pertumbuhan budaya dapat sejalan lurus dan baik tanpa melupakan asal usul dan nasionalisme,” jelas Fidellia.
Mengutip dari katadata.co.id, nasionalisme adalah paham atau ajaran untuk mencintai bangsa dan negara sendiri.
Saat masa penjajahan, rasa nasionalisme masyarakat Indonesia dilakukan dengan cara berjuang membela, mengorbankan nyawa, dan mempertahankan kemerdekaan agar terlepas dari penjajahan. Tentu berbeda jauh dengan masa sekarang, generasi saat ini bisa menunjukkan rasa nasionalisme dengan cara mencintai produk buatan Indonesia, menurut Charina.
“Peran pemerintah diperlukan, terutama memberikan kemudahan akses dan wadah yang memadai untuk brand-brand lokal agar bisa semakin berkembang dan gak kalah sama brand luar negeri. Gak hanya produk dalam negeri yang berbentuk barang, bisa juga memberikan lebih banyak perhatian dan kesejahteraan ke produk kesenian dalam negeri, misalnya film atau musisi dalam negeri,” ucapnya.
Menggunakan produk lokal merupakan salah satu bentuk rasa cinta terhadap tanah air. Dengan itu, masyarakat Indonesia turut berkampanye cinta produk dalam negeri dan mengenalkan produk hasil buatan Indonesia ke jejaring yang lebih luas. Memang terkesan sederhana, tetapi hal itu mampu meningkatkan perekonomian dalam negeri dan termasuk andil dalam meningkatkan pendapatan negara.
Sebagai bangsa yang kaya akan budaya dari Sabang sampai Merauke, generasi muda harus bisa memperkenalkan budaya dan kesenian Indonesia, baik dalam ruang lingkup kecil maupun besar. Hal itu agar budaya nusantara semakin dikenal dan tidak terkikis oleh perkembangan zaman.
Baca juga: Di Tengah Riuhnya Hollywood, Ini Tantangan Industri Perfilman Indonesia
Jelang HUT ke-78, Hafid berharap anak muda Indonesia bisa sama-sama menciptakan inovasi, kreativitas dan karya-karya untuk bangsanya.
Biasanya, beberapa kegiatan yang dilaksanakan saat Hari Kemerdekaan adalah upacara, memasang bendera merah putih, memakai pakaian atau atribut merah putih, mengadakan lomba 17 Agustusan, dan lainnya. Namun, kegiatan-kegiatan tersebut bukan satu-satunya esensi utama dari Hari Kemerdekaan.
Generasi muda masa kini memiliki tanggung jawab untuk mengisi kemerdekaan dengan berbagai cara. Misalnya, terlibat dalam kegiatan sosial dan pelayanan masyarakat, mendukung produk dalam negeri, memajukan sektor pendidikan, melestarikan budaya Indonesia, saling menghormati dan menghargai, giat dan rajin belajar, mencintai kesenian dan kearifan lokal, serta mengenang sejarah Indonesia.
Penulis: Alycia Catelyn
Editor: Michael Ludovico Palma De Manggut
Foto: pikiran-rakyat.com
Sumber: news.republika.co.id, katadata.co.id