SERPONG, ULTIMAGZ.com – Siapa yang tidak mengenal panda merah? Satwa gemas yang menjadi pusat perhatian di film Disney “Turning Red”. Lebih terkenal dengan sebutan “rubah api” karena warna bulunya yang merah menyala dan terlihat seperti rubah, panda merah sayangnya berstatus terancam punah.
Panda merah merupakan hewan berkaki empat yang banyak ditemukan di Himalaya Timur dan suka tinggal di pohon. Ia memiliki fisik yang mirip dengan beruang, tetapi besar badannya menyerupai kucing domestik. Rambutnya tebal dengan warna cokelat kemerahan. Hewan ini memiliki mata yang kecil dan sisi kepalanya berwarna putih, sedangkan perut serta anggota tubuhnya berwarna hitam dengan tanda putih seperti rakun.
Baca juga: Tiga Hewan Langka yang Memiliki Wujud Lucu
Menurut legenda, nama “panda” yang mengacu pada hewan pemakan tumbuhan dan bambu ini berasal dari kata Nepal “ponya”. Namun, sebenarnya, ia bukan saudara dekat panda besar. Dikutip dari redpandanetwork.org, sebuah penelitian genetik baru-baru ini mengungkap bahwa mereka berkerabat dekat dengan hewan dari keluarga Mustelidae seperti musang, berang-berang, cerpelai, dan wolverine.
Panda merah sering hidup sendiri. Namun, ketika melakukan kontak satu sama lain, mereka akan berkomunikasi dengan melengkungkan ekor, menggelengkan kepala, mencicit, atau membuat suara yang disebut “huff-quack“. Suara ini terdengar seperti persilangan antara suara bebek dan babi mendengus. Selain itu, ia juga dapat bersuara seperti menggonggong atau mengeluarkan cairan dari kelenjar di pangkal ekornya saat terancam.
Di balik pertahanan dirinya yang cukup kuat, panda merah termasuk salah satu jenis hewan langka dan dilindungi. Peneliti dari The University of Queensland, Australia, Damber Bista mengungkapkan bahwa hewan dengan nama ilmiah Ailurus fulgens ini semakin menghadapi ancaman kepunahan.
Selama satu tahun, Bista dan timnya dari University of Southern Queensland, Red Panda Network, dan Rotterdam Zoo bekerja sama melacak keberadaan panda merah di Nepal menggunakan telemetri GPS yang dimonitor dari Australia. Temuan mereka menunjukkan bahwa mamalia yang mirip musang ini harus membatasi pergerakan mereka karena kehilangan habitatnya akibat aktivitas manusia.
“Temuan penelitian kami menunjukkan, bahwa pola fragmentasi habitat dan eksploitasi hutan saat ini, mulai dari proyek infrastruktur seperti jalan baru, meningkatkan ancaman terhadap panda merah,” ujarnya, dilansir dari sciencedaily.com.
Perburuan, degradasi habitat hutan liar, dan pembukaan lahan membuat keberadaan panda merah terancam punah. Jika praktik ini tidak dihentikan, populasi panda merah di dunia akan benar-benar punah dari waktu ke waktu.
Baca juga: Mangalica, Babi Unik Berbulu Domba dari Hungaria
Peneliti pun merekomendasikan berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kepunahan panda merah. Caranya, dengan meminimalisasi gangguan yang disebabkan oleh manusia. Mereka menilai perlu adanya kebijakan yang diatur secara ketat terkait dengan aktivitas manusia di sekitar habitat hewan ini.
“Untuk program konservasi, kami merekomendasikan agar fokus pada identifikasi kawasan yang sensitif secara ekologis, menjaga habitat, dan meminimalkan proyek-proyek yang akan mengganggu habitat, seperti membangun jalan dan menggembalakan ternak,” papar tim peneliti.
Penulis: Carolyn Nathasa Dharmadhi
Editor: Vellanda
Foto: Unsplash/Diana Parkhouse
Sumber: redpandanetwork.org, worldwildlife.org, nationalgeographic.com, kompas.com