SERPONG, ULTIMAGZ.com – Salah satu faktor signifikan dalam menghadapi pandemi COVID-19 adalah meningkatkan daya tahan tubuh dengan memiliki asupan gizi yang cukup. Daya tahan tubuh tinggi sangat membantu dalam pencegahan terserang penyakit, termasuk penyakit infeksi COVID-19.
Kementerian Kesehatan menjelaskan bahwa mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan aman bisa meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan menurunkan risiko penyakit kronis serta penyakit infeksi. Hal ini dikarenakan makanan bergizi membantu membentuk kekebalan tubuh sehingga terlindung dari virus.
Namun di sisi lain, Indonesia tidak jarang disebut memiliki masalah gizi secara terus-menerus. Misalnya, hampir separuh ibu hamil di Indonesia mengalami anemia dan 3 dari 10 anak di Indonesia berpotensi mengalami stunting. Maka, di tengah pandemi yang melanda Indonesia, mestinya persoalan gizi menjadi isu yang harus diperhatikan.
Guru Besar Kesehatan Publik Universitas Andalas, Hardisman Dasman, menegaskan bahwa perihal mencukupi gizi sering luput dalam kampanye pencegahan penularan COVID-19.
“Kadang kala, sudah cuci tangan, sudah pakai masker, sudah jaga jarak, tapi gizi enggak cukup, enggak selesai masalahnya,” katanya melalui wawancara lewat Zoom (04/10/2020).
Hardisman menyebutkan bahwa mereka yang terkena COVID-19, hanya 20% yang menunjukkan gejala dan 80% lainnya tidak menunjukkan gejala (orang tanpa gejala atau OTG). Mereka yang menunjukkan gejala ini, memiliki daya tahan tubuh rendah sehingga semakin berisiko terkena COVID-19. Kurangnya gizi pun berkontribusi dalam masalah daya tahan tubuh rendah ini.
Pandemi dan Mengakses Makanan Bergizi
Selama pandemi COVID-19, banyak orang yang berkurang penghasilannya atau kehilangan pekerjaan. Namun, Hardisman menerangkan bahwa makanan bergizi tidak harus mahal dan bisa diakses dengan harga yang mungkin lebih murah dari ekspektasi masyarakat. Misalnya, seseorang bisa memenuhi kebutuhan gizi dengan memakan nasi yang cukup, lauk dengan protein yang cukup seperti ikan, dan memperoleh vitamin dari jeruk serta sayur dengan harga terjangkau.
“Tentu sangat mudah diakses. Yang kebutuhan sayur, sayur apa saja? Tidak perlu kita beli yang mahal mahal. Yang penting ada sayur hijau. Mau kangkung, bayam, daun singkong, semua sayuran lah, kol, wortel, dan berbagai macam sayuran,” jelas Hardisman.
Oleh karena itu, Hardisman mengingatkan kembali bahwa cara untuk menangani masalah gizi di Indonesia adalah mengkampanyekan agar kesadaran masyarakat lebih tinggi untuk mengonsumsi sayur dan buah.
Permasalahan yang terjadi di Indonesia, terutama kelompok berpenghasilan lebih rendah cenderung memprioritaskan kebutuhan lain seperti rokok dibandingkan belanja makanan tinggi protein: telur; daging; susu. Walaupun penghasilan masyarakat menurun selama pandemi, Hardisman mengklaim bahwa prioritas daftar belanja masyarakat masih belum menargetkan membeli makanan bergizi. Hal ini bisa berdampak buruk, terlebih lagi bagi mereka yang sudah berkeluarga karena memiliki anggota keluarga untuk dirawat.
Penulis: Ignatius Raditya Nugraha, Frengky Tanto Wijaya
Editor: Agatha Lintang
Foto: Amartya Kejora