JAKARTA, ULTIMAGZ.com — Penggunaan masker semasa pandemi virus korona merupakan salah satu upaya untuk mencegah manusia menyentuh wajah agar tidak terpapar virus. Pasalnya, banyak orang secara tidak sadar memegang wajah. Namun, mengapa manusia memiliki kebiasaan untuk menyentuh wajah?
Berdasarkan studi bertajuk “Face Touching: A Frequent Habit That has Implications for Hand Hygiene” pada 2015, ketiga peneliti tersebut membuktikan, kebiasaan untuk menyentuh wajah tidak dapat terhindarkan. Saat mengobservasi 26 siswa, mereka menuliskan bahwa rata-rata siswa tersebut 23 kali menyentuh wajah dalam waktu satu jam. Sebanyak 36 persen respondennya tanpa sadar memegang wajah pada bagian mulut sedangkan 31 persen lainnya menyentuh area hidung.
Selain itu, Natasha Tiwari selaku psikolog mengatakan kepada bbc.com bahwa menyentuh wajah sudah merupakan bagian dari instruksi genetika dalam DNA sejak masih janin. “Ini adalah bagian dari DNA kita dan kita memang ‘dirancang’ untuk melakukannya. Manusia sebagai janin di dalam rahim selalu menyentuh wajahnya,” jelasnya.
Senada dengan Natasha, seorang psikolog asal Amerika Serikat, Kevin Chapman, menambahkan bahwa menyentuh wajah merupakan kebiasaan paling umum yang dilakukan manusia karena sudah diajarkan sejak dini. Rutinitas untuk menyikat gigi, merias wajah, atau menata rambut membuat manusia terbiasa untuk menyentuh wajah. Bukan hanya itu, menyentuh wajah juga menjadi cara seseorang untuk memastikan penampilannya di depan publik.
“Kebiasaan menyentuh wajah juga berkaitan dengan bagaimana penampilan kita di depan publik,” ujar Kevin.
Menyeka sisa makanan di sekitar mulut, misalnya. Dengan melakukan hal itu, manusia memutuskan untuk terlihat tidak jorok dan dapat merawat diri. Aktivitas tersebut merupakan salah satu bukti bahwa dengan menyentuh wajah, manusia ingin mengatur bagaimana kesan dari penampilannya kepada orang lain.
Faktor lain yang menyebabkan manusia sering menyentuh wajah ialah tingkat stres atau rasa cemas. Dalam jurnal “EEG Changes by Spontaneous Facial Self-Touch May Represent Emotion Regulating Processes and Working Memory Maintenance” yang terbit pada 2014, tertulis bahwa saat stres manusia sering memijat kening, alis, dan menggigit jari. Hal ini dikarenakan manusia berusaha mengaktifkan saraf parasimpatetik yang dapat menenangkan. Kebiasaan untuk menyentuh wajah sehingga dapat menekan titik-titik tertentu agar saraf parasimpatetik aktif disebut sebagai spontaneous facial self-touch gesture (sFSTG).
Kebiasaan untuk menyentuh area wajah merupakan salah satu faktor risiko terkena virus korona. Namun, perilaku tersebut tidak dapat terhindar dari keseharian manusia. Untuk itu, Ultimates dapat mengurangi frekuensi memegang wajah dengan kiat-kiat berikut ini.
- Kenakan masker wajah maupun pelindung muka agar tangan tidak langsung berkontak dengan wajah.
- Tingkatkan kesadaran dengan menggunakan pewangi tangan agar lebih memerhatikan ketika tangan hendak menuju area wajah.
- Jepit atau ikat rambut agar tidak menjuntai pada bagian wajah.
- Ganti lensa kontak dengan kacamata dan gunakan riasan wajah yang lebih sedikit.
- Ubah posisi tangan agar lebih jauh untuk mencapai wajah, seperti menyilangkan tangan dan meletakkan tangan di pangkuan.
Penulis: Elisabeth Diandra Sandi
Editor: Agatha Lintang Kinasih
Foto: pexels.com
Sumber: nationalgeographic.grid.id, idntimes.com, liputan6.com, cnnindonesia.com, kompas.com