SERPONG, ULTIMAGZ.com – Perkembangan Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan memudahkan pekerjaan manusia di berbagai bidang, salah satunya seni. AI art generator menjadi populer di tahun 2022 dan menjadi bahan perbincangan, baik oleh khalayak umum maupun seniman.
AI art generator merupakan program kecerdasan buatan yang mampu menghasilkan gambar berdasarkan data yang diberikan. Cara menggunakannya sangat mudah yaitu melalui situs atau aplikasi AI art generator. Pengguna hanya perlu memasukkan teks atau gambar tertentu, kemudian AI akan memprosesnya menjadi sebuah karya ilustrasi yang baru.
Baca juga: Transformasi Teknologi melalui ChatGPT
Contohnya, terdapat salah satu aplikasi AI art generator yang bernama Dream by WOMBO. Melalui aplikasi tersebut, pengguna hanya perlu memasukkan data tulisan terkait ilustrasi seperti yang mereka inginkan, lalu pilih tema yang sesuai. Dalam beberapa detik, aplikasi tersebut akan menghasilkan ilustrasi yang sesuai dengan deskripsi pengguna.
Tak hanya aplikasi AI art generator itu sendiri, media sosial pun turut meramaikan keberadaan ilustrasi AI. Salah satu contohnya yaitu filter “AI Manga” di TikTok. Filter tersebut menjadi tren di kalangan masyarakat karena mampu menciptakan ilustrasi ala anime dengan mudah dan cepat. Pengguna hanya perlu mengarahkan kamera pada objek yang ingin diilustrasikan, lalu ketuk layar dan tunggu beberapa detik.
Dengan banyaknya berbagai macam media AI art generator, semua orang dapat menghasilkan ilustrasi yang beragam tanpa batas. Dalam hitungan detik, sebuah karya seni indah dapat diwujudkan.
Problematika antara Seni AI dan Seni Manusia
Beberapa orang mulai menanyakan status seniman di masa yang akan datang karena adanya kemudahan dalam menciptakan seni ilustrasi. Fungsi seniman jadi dipertanyakan.
AI art generator mampu menciptakan karya seni dengan mudah, berbeda dengan manusia yang mampu menghabiskan waktu dan tenaga mereka hanya untuk satu karya.
Keberadaan AI di bidang ini mulai dikhawatirkan oleh mereka yang berkecimpung di bidang ilustrasi. Bukan hanya soal pekerjaan yang direnggut, tetapi juga hak cipta. Mengutip tekno.kompas.com, AI art generator dinilai asal mengambil data gambar milik orang lain dan menggunakannya untuk menghasilkan gambar baru.
Seorang ilustrator digital bernama Laura mengungkapkan keluh kesahnya tentang permasalahan tersebut melalui akun Instagramnya @lauregalart pada Desember 2022 yang lalu.
“AI menggunakan algoritma stable diffusion untuk menelusuri internet dan mengambil karya seni yang memiliki hak cipta dan dibuat oleh seniman yang menghabiskan waktu mereka bertahun-tahun untuk menyempurnakan keterampilan seni mereka hingga tidak sadar bahwa karyanya diambil oleh mesin,” ujar Laura, dilansir dari kumparan.com.
Masalah lain terjadi ketika karya seni buatan AI berhasil memenangkan kompetisi seni. Hal ini bermula saat seorang desainer video game Jason Allen mencoba untuk membuat karya seni dengan AI karena rasa penasarannya.
Allen merasa bahwa hasil karya tersebut tidak seperti buatan seniman manusia sebelumnya. Ia pun memutuskan untuk mengumpulkan karya tersebut pada kontes seni “Colorado State Fair”. Karya tersebut tanpa ia sangka berhasil memenangkan posisi pertama.
Ketika orang-orang mengetahui bahwa karya Jason Allen dibuat menggunakan AI, Allen mendapat kecaman dan protes dari orang-orang, khususnya mereka yang berkecimpung di dunia seni karena merasa dicurangi.
Ada juga beberapa orang yang membela Allen dengan mengklaim bahwa seni AI sama seperti penggunaan aplikasi lain seperti Photoshop yang memanipulasi keaslian suatu gambar.
Pemanfaatan AI oleh Seniman
Walaupun beberapa seniman tidak menyukai perkembangan AI di bidang seni, beberapa yang lain justru memanfaatkannya sebagai keuntungan pribadi. Mereka tak menganggap AI sebagai musuh, melainkan sebagai partner kolaborasi.
Misalnya, seorang seniman asal Korea Selatan bernama Domin berkolaborasi dengan AI dalam menggelar pameran “AIA AI Art Gallery”. Domin mendesain setengah ilustrasi pulau Dokdo, sedangkan sisa setengahnya dikerjakan oleh AI. Domin sendiri menjadi seniman manusia Korea Selatan pertama yang berkolaborasi dengan AI.
Tak hanya kolaborasi, AI pun mampu berperan sebagai alat yang mampu menunjang kemampuan manusia. Misalnya, seorang pengguna TikTok asal Jerman bernama Derya Tavas mengunggah video saat ia menggunakan filter “AI Painter”, lalu melukis sesuai apa yang dihasilkan dari AI tersebut.
@derya.tavas Love this idea @Coco Cuenod ♬ Glue Song – beabadoobee
Konten-konten Derya yang lain juga menunjukkan lukisan yang ia buat dengan memanfaatkan filter-filter TikTok. Dalam hal ini, AI tidak menggantikan manusia, melainkan membantu manusia untuk mengeksplorasi cara yang baru untuk berkarya.
Seniman Tidak Kalah dari AI
Manusia tidak akan kalah dari AI, karena manusia sendiri itu lah yang mendesain AI. Fungsi AI yang semakin luas bukan menandakan bahwa manusia tidak diperlukan, tetapi mendorong manusia untuk mencari tahu solusi terbaik dari permasalahan mereka.
Seorang editor foto bernama Megan Paetzhold mencoba membandingkan keunggulan antara seni manusia dengan AI art generator bernama DALL-E. Selama dia mencoba menggunakan DALL-E, Megan menyadari bahwa ia bukannya menggunakan AI, melainkan bekerja sama dengan AI.
Baca juga: Mengulik Alasan di Balik Keterkenalan Lukisan Mona Lisa
“OpenAI (perusahaan yang menaungi DALL-E) memandang DALL-E sebagai alat sketsa untuk menambah dan memperluas kreativitas manusia, bukan menggantikannya,” ujar Megan, dilansir dari nymag.com.
Menurut Megan, semenarik apa pun karya yang dihasilkan DALL-E, hal itu tidak dapat dicapai tanpa panduan dan pengetahuan manusia. Perlu kreativitas dan pengetahuan tentang bagaimana mendeskripsikan ide-ide tersebut agar DALL-E mampu mengolahnya.
Penulis: Jessie Valencia Tannuwijaya
Editor: Josephine Arella
Foto: Dream by WOMBO, nymag.com, nytimes.com, TikTok/karseliz
Sumber: TikTok/derya.tavas, kumparan.com, michigandaily.com, nymag.com, tekno.kompas.com
Comments 1