• About Us
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Advertise & Media Partner
  • Kode Etik
Wednesday, August 27, 2025
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
No Result
View All Result
Home Hiburan Mode

Fesyen: Sarana Ekspresi Diri Tanpa Batasan Gender

Cheryl Natalia by Cheryl Natalia
September 16, 2023
in Mode, Opini
Reading Time: 4 mins read
Ilustrasi seorang pria berfesyen menggunakan rok sebagai bentuk ekspresi diri. (ULTIMAGZ/Bryant Alexander)

Ilustrasi seorang pria berfesyen menggunakan rok sebagai bentuk ekspresi diri. (ULTIMAGZ/Bryant Alexander)

0
SHARES
268
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

SERPONG, ULTIMAGZ.com – Saat ini, banyak orang yang semakin bebas dalam mengekspresikan dirinya. Salah satu caranya yaitu melalui fesyen dimana terdapat tren pria menggunakan rok. Tak jarang tren ini dibagikan di media sosial oleh masyarakat dan para artis pria. 

Artis-artis tersebut datang dari luar dan dalam negeri seperti penyanyi Inggris Harry Styles, aktor Indonesia Jefri Nichol, dan juga Devano Danendra. Mengutip idntimes.com, di era kini, laki-laki yang bergaya fesyen feminin cenderung dinilai bukan pria sejati. Padahal, bagaimana seseorang bergaya pada pakaiannya adalah hak bebas bagi penggunanya.

Baca juga: Ian Hugen Ajak Anak Muda Tingkatkan Kepercayaan Diri Lewat Fesyen 

Foto Harry Styles, Jefri Nichol, dan Devano Danendra berpose dengan fesyen rok. (kapanlagi.com, wolipop.detik.com, idntimes.com)
Foto Harry Styles, Jefri Nichol, dan Devano Danendra berpose dengan fesyen rok.
(kapanlagi.com, wolipop.detik.com, idntimes.com)

Penggunaan Rok di Masa Lampau

Namun, tahukah Ultimates bahwa ternyata rok sudah digunakan oleh pria sejak dahulu kala, bahkan sejak zaman prasejarah? Melansir magdalene.com, pada tahun 4000 sebelum masehi (SM), rok digunakan sebagai pakaian umum laki-laki karena mudah dibuat dan membuat pemakainya dapat bergerak lebih bebas. 

Lalu, sekitar 2130 SM, masyarakat Mesir kuno, khususnya laki-laki menggunakan shendyt, yaitu rok yang terbuat dari linen. Pada peradaban bangsa Yunani dan Romawi, rok digunakan oleh para prajurit laki-laki. Rok bahkan dilambangkan sebagai kejantanan pria dan menjadi kebanggaan prajurit kerajaan. 

Ilustrasi shendyt (kiri) dan rok prajurit Romawi kuno (kanan). (kompas.com, simplyfreshlaundry.com)
Ilustrasi shendyt (kiri) dan rok prajurit Romawi kuno (kanan). (kompas.com, simplyfreshlaundry.com)

Tak hanya rok, penggunaan korset juga dulu dilakukan oleh laki-laki pada abad ke-18 dan 19. Korset digunakan oleh kaum adam untuk menunjukkan posisi sosial mereka di tengah masyarakat. Memiliki postur tubuh yang baik seperti bahu lebar, pinggang ramping, dan punggung tegap sangat penting bagi laki-laki dari kaum aristokrat saat itu. 

Ilustrasi pemakaian korset oleh laki-laki bangsawan pada abad ke-19. (messynessychic.com)
Ilustrasi pemakaian korset oleh laki-laki bangsawan pada abad ke-19. (messynessychic.com)

Tidak hanya para bangsawan, korset ternyata juga dipakai oleh para tentara. Melansir ussconstutionmuseum.org, para kavaleri atau pasukan berkuda menggunakan korset untuk berburu dan melakukan olahraga berat. 

Walau demikian, penggunaan korset tidak terlalu menyebar luas sehingga laki-laki yang memakai dalaman tersebut seringkali menjadi target cemoohan. Pada pertengahan abad ke-19, korset menjadi tabu bagi laki-laki dan pemakaianya perlahan berkurang.

Bebas Berpenampilan Lewat Fesyen Unisex 

Secara struktur sosial, masyarakat sering mengaitkan fesyen pada gender sang pengguna. Padahal, fesyen dan gender bukan dua hal yang saling berhubungan. 

Banyak orang masih tidak menyadari keberadaan fesyen unisex atau genderless dalam industri mode. Pada dasarnya, fesyen unisex merupakan konsep dimana pakaian dirancang tanpa melihat dan mempertimbangkan jenis kelamin pemakainya. 

“Busana unisex dapat dipakai oleh pria maupun perempuan, tergantung mau mengenakannya atau tidak. Dipakai pria cocok dan dipakai perempuan juga cocok,” kata Lima Luthfi Majid, seorang perancang busana pada Sabtu (19/11/22), dikutip dari krjogja.com.  

Pakaian unisex sebenarnya sudah muncul sejak lama, tepatnya pada akhir 1960-an. Melansir theatlantic.com, berbagai desainer mode ternama seperti Pierre Cardin, Andre Courreges, dan Paco Rabanne merancang koleksi busana yang tidak terikat pada gender manapun di Paris pada 1969.

Fesyen unisex awalnya dipopulerkan oleh merek-merek adibusana. Akan tetapi, tren ini akhirnya menjadi bagian dari fesyen mainstream sejak Zara pada 2016 merilis koleksi “Ungendered” dan kehadiran koleksi “Denim United” dari H&M setahun setelahnya. Kini, busana unisex sudah mudah ditemukan di toko-toko pakaian dengan berbagai pilihan model.

Koleksi “Ungendered” Zara (kiri) dan “Denim United” H&M (kanan). (Harpers Bazaar)
Koleksi “Ungendered” Zara (kiri) dan “Denim United” H&M (kanan). (Harpers Bazaar)

Melalui fesyen unisex, busana dibuat dengan berbagai model dan warna tanpa melihat stereotip yang ada di dalamnya. Misalnya, kaus warna pink yang umumnya dianggap hanya dipakai perempuan juga dapat digunakan oleh laki-laki.

Dengan hadirnya busana yang tidak berorientasi pada gender, semua orang memiliki hak untuk memakai pakaian apa saja sesuai dengan keinginan mereka. Melalui pakaiannya, seseorang bisa menyampaikan pesan-pesan nonverbal seperti perasaan dan identitas diri. Maka, batasan dan stereotip gender seharusnya dihapuskan dalam konteks fesyen sebab mode sendiri bisa menjadi sarana pengekspresian diri. 

Baca juga: Polemik Thrifting: Pakaian Bekas Impor Ganggu Industri Tekstil Indonesia

Desainer Musa Widyatmodjo menyampaikan bahwa fesyen tidak pasti berhubungan dengan gender pemakainya.

“Fesyen itu beda dengan gaya hidup atau dengan identitas seksualitas mereka,” ujarnya pada wawancara bersama dengan ANTARA, Kamis (21/04/22).

Sejatinya, pakaian digunakan untuk melindungi tubuh dari hal-hal yang membahayakan kulit. Dalam arti tersebut, semua orang bebas memilih busana apa saja asal keselamatan dan kenyamanan mereka terpenuhi.

 

 

Penulis: Cheryl Natalia (Komunikasi Strategis, 2021) & Josephine Arella (Jurnalistik, 2021)

Editor: Michael Ludovico

Foto: Bryant Alexander

Sumber: idntimes.com, magdalene.co, antaranews.com, krjogja.com, theatlantic.com, ussconstutionmuseum.org, kapanlagi.com, wolipop.detik.com, messynessychic.com

Tags: Bajubatasan genderbusanacelanaekspresi dirifashionfesyenfesyen genderlessfesyen unisexform of expressiongendergenderless fashionkorsetlaki-lakiperempuanroksejarah korsetsejarah rokunisex fashion
Cheryl Natalia

Cheryl Natalia

Related Posts

digicam
Opini

Digicam Kembali ke Pasar: Dari Kesenangan Jadi Berlebihan?

July 16, 2025
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) resmi mengesahkan revisi Rancangan Undang-Undang (RUU) Tentara Nasional Indonesia (TNI) di Rapat Paripurna pada Kamis (20/03/25). (detik.com)
Opini

Pengesahan RUU TNI: Satu Langkah Menuju Bangkitnya Orde Baru?

March 24, 2025
Soap Nails
Lifestyle

Soap Nails: Tren Baru Kecantikan Kuku Natural dan Berkilau

March 11, 2025
Next Post
Mentoring 2023

Mentoring 2023 Ajak Mentee Jelajah Dunia Virtual “Shrine of Renjana”

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

thirteen + two =

Popular News

  • wawancara

    Bagaimana Cara Menjawab Pertanyaan ‘Klise’ Wawancara?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Risa Saraswati Ceritakan Kisah Pilu 5 Sahabat Tak Kasat Matanya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Ivanna Van Dijk Sosok Dari Film ‘Danur 2 : Maddah’

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gading Festival: Pusat Kuliner dan Rekreasi oleh Sedayu City

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merasa Depresi? Coba Cek 4 Organisasi Kesehatan Mental Ini!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Pages

  • About Us
  • Advertise & Media Partner
  • Artikel Terbar-U
  • Beranda
  • Kode Etik
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Ultimagz Foto
  • Disabilitas

Kategori

About Us

Ultimagz merupakan sebuah majalah kampus independen yang berlokasi di Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Ultimagz pertama kali terbit pada tahun 2007. Saat itu, keluarga Ultimagz generasi pertama berhasil menerbitkan sebuah majalah yang bertujuan membantu mempromosikan kampus. Ultimagz saat itu juga menjadi wadah pelatihan menulis bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) UMN dan non-FIKOM.

© Ultimagz 2021

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto

© Ultimagz 2021