SERPONG, ULTIMAGZ.com – Belum lama ini, Seunghan, salah satu anggota Riize, mengundurkan diri dari grup. Hal itu didasari setelah masa lalu atas romansa dan dirinya yang merokok terungkap ke publik. Pengunduran diri ini terjadi tak lama setelah Seunghan diumumkan kembali dari hiatus panjangnya sejak November 2023, dilansir dari jawapos.com.
Namun, pengumuman kembalinya Seunghan nyatanya tidak disambut baik oleh penggemar Korea. Mereka menaruh karangan bunga duka di depan kantor agensi Riize, SM Entertainment.
Baca juga: Didepak dari LOONA, Chuu Gabung dengan BY4M Studio
Kasus Seunghan Riize ini hanya satu dari banyaknya privasi idol K-pop yang tersebar dan berujung malapetaka pada karir mereka. Privasi kehidupan romansa idol K-pop rasanya yang paling miris. Hal itu karena banyak lagu K-pop menggambarkan kisah jatuh cinta, tetapi banyak pelantunnya yang seakan tak boleh merasakannya di dunia nyata.
Tak hanya Seunghan yang menjadi korban pelanggaran privasi, idol lain seperti Bambam, salah satu anggota boyband Got7, juga menyuarakan keresahan tentang privasinya. Baru-baru ini, melalui akun X miliknya, Bambam mengirim cuitan dalam nada untuk menghormati privasinya. Cuitan itu berisi peringatan bagi fans untuk memberikan batasan hubungan antara dirinya dan fans.
so one thing i want to say is
stop thinking for me
stop talking for meto be honest you don’t know me?
bc i’m here express my feelings sometimes
it doesn’t mean you know mestop acting like you know everything
and live your real life besides spending your all day acting tough…— BamBam (@BamBam1A) November 22, 2024
Fenomena privasi artis dirampas dari kehidupannya bukanlah sebuah isu baru di industri hiburan Korea. Memang menjadi figur publik harus menanggung risiko hidup serba transparan, tetapi apakah melindungi privasi tak pernah jadi opsi dalam karir seorang idol?
Dikekang Sejak Awal
Sejatinya, privasi idol K-pop bisa dibilang sudah dikekang atau dibatasi sejak bergabung dalam agensi. Mayoritas agensi secara terang-terangan memasukkan kontrak untuk mencampuri ranah kehidupan privasi para artisnya. Contohnya saja JYP Entertainment, Park Jin-young, selaku CEO dari JYP terang-terangan mengatakan di televisi bahwa para artis di bawah labelnya tidak boleh berpacaran selama tiga tahun semenjak debut, dilansir dari scmp.com.
Bila ada artis yang melanggar, tak tanggung-tanggung bisa didepak dari label musik. Seperti yang dialami oleh Hyuna dan E’dwan pada 2018. Melansir dari cnn.com, Cube Entertainment selaku agensi yang menaungi mereka saat itu memberikan pernyataan bahwa kepercayaan penting antara agensi dan artis telah rusak sehingga mereka memutus kontrak.
Idol K-pop juga tak bisa memberikan pendapat bebas atas isu sosial yang terjadi. Tidak seperti di Indonesia dan Amerika Serikat yang para artisnya bisa memberikan pendapatnya mengenai pilihan politiknya. Mengutip dari koreatimes.co.kr, Lee Gyu-tag, seorang profesor antropologi budaya Universitas George Mason Korea, mengatakan bahwa K-pop adalah genre mainstream di sana serta didedikasikan oleh modal penuh dan sumber daya manusia.
“Oleh karena itu, baik penyanyi dan label musik mau menghindari segala risiko yang bisa berdampak amat negatif terhadap mereka,” ujar Lee.
Belum cukup pada kontrak internal idol dengan label musik masing-masing, tekanan publik terutama fans juga dialami oleh mereka. Kesan polos atas narasi yang dibangun agensi, membuat kehidupan idol dianggap bisa digapai sampai kadang melewati batas.
Kaitannya dengan Hubungan Parasosial
Perasaan emosional dari fans kepada idola ini meski sang artis tak kenal dibungkus dalam satu istilah yaitu hubungan parasosial. Melansir dari cosmopolitan.co.id, istilah parasosial pertama kali dikemukakan oleh antropolog bernama Donald Horton dan sosiolog Richard Wohl di 1956 saat meneliti interaksi media massa baru saat itu.
Ketika sudah mencapai tahap delusional dan tak terkontrol, seorang penggemar akan nekat melanggar privasi sang artis agar semakin dekat dan diakui keberadaannya. Dalam dunia K-pop dikenal dengan istilah penggemar sasaeng.
Salah satu pengalaman mengerikan dialami Nayeon dari girl group Twice. Seorang pria asal Jerman pernah berusaha untuk mendekati Nayeon ketika melakukan penerbangan. Agensi sudah memberikan peringatan berkali-kali, tetapi pria itu tetap nekat mengulangi, dilansir dari koreaherald.com.
Efek dari fenomena parasosial tidak hanya berdampak secara psikologis, tetapi pada nilai pasar. Seringkali nilai saham sebuah agensi terjun ketika ada berita kencan sang idol. Sehingga, nilai seorang idol bisa terus berlanjut apabila menemui antispasi permintaan penggemar, melansir dari chosun.com. Antisipasi dan ekspektasi seringkali mengharapkan seorang idol yang berdedikasi tinggi kepada fans. Artinya tidak mencintai orang lain dan punya gambaran bersih.
Berujung pada Depresi sang Idola
Tekanan dari internal dan eksternal dalam ranah kehidupan privasi sang idola tak jarang membuat mereka terluka secara psikis. Perjuangan mereka untuk membuat kesan hidupnya murni tak selalu berjalan mulus.
Jay B, anggota Got7, secara gamblang kepada tim majalah Allure mengatakan dirinya dalam medikasi untuk depresi dan kecemasan, dilansir dari herworld.com. Penyebabnya, lebih dari tiga sampai empat tahun merasakan beban sebagai artis, tetapi memilih untuk menyembunyikannya.
Baca juga: Benarkah Perilaku Konsumtif Penggemar K-Pop dapat Merusak Lingkungan?
Oleh sebab itu, penggemar perlu menghargai batasan atas kehidupan idol K-pop. Alih-alih mencari tahu keluarga sampai masa lalu pasangan mereka, lebih baik mendukung karya dan latar belakang musik. Penggemar juga perlu menyadari bahwa idol K-pop adalah seorang manusia juga. Lagu I = Doll milik Huh Yunjin Le Sserafim bisa menggambarkan secara jelas suara hati idol K-pop.
Mereka bukan sebuah boneka atau barang yang bisa dipermainkan seenaknya, tetapi ada perasaan dan keinginan yang mereka bawa sebagai seorang artis. Jika benar-benar mencintai idol, bukankah penggemar perlu memberikan ruang bagi mereka untuk menjadi manusia seutuhnya?
Penulis: Theresia Sekar Kinanti Deviatri (Jurnalistik, 2023)
Editor: Josephine Arella
Foto: mojok.co
Sumber: jawapos.com, scmp.com, edition.cnn.com, koreatimes.co.kr, cosmopolitan.co.id, koreaherald.com, herworld.com, chosun.com