SERPONG, ULTIMAGZ.com—Perairan yang membentangi Indonesia menjadi jalur migrasi 35 jenis mamalia laut dari total 90 jenis di dunia. Namun, mirisnya, jalur mamalia laut tidak dijaga dan malah menjadi ancaman untuk mahkluk hidup.
Setiap tahun paus bermigrasi, setiap tahun juga ratusan paus terdampar mati di daratan Indonesia. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat terdapat 904 ekor mamalia laut terdampar di daratan Indonesia dari 2015 hingga 2020. Kasus terakhir paus terdampar terjadi di pantai Selatan Madura pada Kamis (18/02/21). Terhitung setidaknya lima puluh dua paus pilot sirip pendek terdampar dan hanya tiga ekor yang berhasil hidup lalu dikembalikan ke laut. Namun, ternyata dua ekor yang hidup terdampar kembali lalu mati.
Salah satu dugaan paus pilot dapat terdampar adalah karena pemimpin kelompok paus yang sakit. Saat sakit, paus jadi terganggu dan cenderung mendekati pantai. Kondisi mamalia laut yang sakit ini menjadi tanda ada yang tidak beres dengan kondisi laut Indonesia.

Sudah bukan rahasia lagi, Indonesia merupakan negara penghasil sampah terbesar kedua di dunia. Sampah-sampah yang ada tidak dikelola dengan baik dan bocor sampai ke laut. Tim Koordinasi Sekretariat Nasional Penanganan Sampah Laut memperkirakan bahwa terdapat lebih dari 500 ribu ton sampah yang masuk ke laut pada tahun 2020, dilansir dari voaindonesia.com. Akhirnya, kondisi jalur migrasi mamalia laut pun dipenuhi oleh sampah.
Sampah-sampah di perairan, khususnya sampah plastik dapat membawa ancaman fatal untuk mamalia laut saat bermigrasi. Pasalnya, sedimentasi dan pencemaran sampah menurunkan kualitas air sehingga membuat paus stres lalu terdampar. Selain itu, sampah plastik juga dapat mengontaminasi ikan-ikan kecil yang menjadi mangsa mamalia laut ataupun tertelan langsung hingga mendatangkan kematian.
Baca juga: Masalah dan Solusi Kelautan dalam Diskusi Penyelamatan Laut

Di samping sampah plastik, ancaman besar mamalia laut di perairan Indonesia adalah polusi suara. Kebisingan dari aktivitas manusia di laut seperti pengeboran eksplorasi minyak dan mesin kapal menyebabkan stres pada mamalia laut dan bisa membuatnya mati terdampar. Hal ini mamalia laut bergantung pada suara pantulan (ekolokasi) untuk beraktivitas.
Jika dua ancaman besar tadi tidak ditangani, populasi mamalia laut akan mengalami penurunan dan bahkan sampai kepunahan. Tentu, ini sangat berbahaya sebab keberadaan paus punya andil besar dalam melawan perubahan iklim. Laporan ilmiah International Monetary Fund (IMF) menyebut bahwa setiap paus besar dapat menyerap 33 kilogram karbon dioksida. Kemampuan paus ini lebih dari sebuah pohon yang menyerap 22 kilogram karbon dioksida dalam setahun. Begitu pula dengan keberedaan mamalia laut lainnya seperti lumba-lumba dan duyung yang berfungsi menjaga ekosistem kehidupan.
Keberadaan mamalia laut sudah ada jauh sebelum Indonesia merdeka. Sekarang pun, mereka juga masih ada menjadi bagian dari kebanggaan Indonesia dan dilindungi penuh oleh pemerintah sejak 1999. Maka dari itu, penting sekali untuk kita menjaga kehidupan perairan para mamalia laut. Perlindungan untuk laut dapat kita lakukan dari hal sederhana seperti mengurangi penggunaan plastik ataupun terus peduli dan mengikuti perkembangan kondisi laut.
Penulis: Vellanda
Editor: Nadia Indrawinata
Foto: Ampelsa, Pgsp.big.go.id, Zabur Karuru
Sumber: Kkp.go.id, Greeners.co, Voaindonesia.com, Kompas.id, Wwf.id