“Kriteria pria idamanku itu harus mapan, bisa melindungi, mengayomi, memperhatikan, dan memenuhi segala kebutuhan aku.”
SERPONG, ULTIMAGZ.com – Kalimat di atas mungkin terdengar tidak salah bagi sebagian besar perempuan. Sosok pria yang bertanggung jawab, bisa melindungi, dan memenuhi segala kebutuhan pasangannya, memang hal yang pantas diidamkan. Namun, tahukan kamu, keinginan tersebut bisa berujung pada Cinderella Complex Syndrom?
Kata cinderella diambil dari tokoh putri di dongeng Cinderella. Cinderella dikenal sebagai gadis malang yang kerap dianiaya dan dikucilkan ibu dan saudara tirinya ketika ayahnya meninggal. Namun, hidupnya berubah setelah ia bertemu dengan sang pangeran tampan. Cinderella akhirnya menikah dengan pangeran dan hidup bahagia bersama.
Baca juga: Kenali Ciri Dari Seorang “Man-child”
Pertama kali muncul di buku The Cinderella Complex: Women’s Hidden Fear Of Independence karya Colette Dowling, sindrom ini didefinisikan sebagai kondisi psikologi ketika seorang perempuan menilai dirinya berketergantungan pada sosok pelindung yakni pasangannya. Mereka memiliki ketakutan akan kemandirian dan membutuhkan seorang ‘prince charming’ untuk menjadi sumber kebahagiaan mereka.
Meskipun sindrom ini belum diteliti secara cukup mendalam untuk bisa disebut sebuah gangguan psikologis, kondisi ini erat hubungannya dengan kelainan personality disorder atau dependent personality disorder. Gangguan psikologis ini digunakan untuk menyebut seseorang yang merasa tidak mampu bertahan sendirian atau tanpa kehadirang seseorang secara spesifik dalam hidupnya.
Dalam kasus cinderella complex syndrom, para ahli yakin bahwa kondisi ini sangat dipengaruhi oleh pola didik dan asuh orang tua terhadap anak perempuan mereka. Orang-orang tua yang memperlakukan anak perempuannya secara manja dan protektif secara berlebihan, akan mengakibatkan anak mereka tidak mandiri, kurang bereksplorasi, dan memiliki identitas diri yang lemah.
Kebanyakan orang tua yang seperti ini selalu menyajikan hidup yang baik, nyaman, yang berakhir bahagia seperti di dongeng-dongeng atau cerita-certa fiktif. Hal ini mengakibatkan sang anak akan tumbuh menjadi seseorang yang malas berjuang, tidak mengenal proses, dan mau segalanya berjalan dengan baik.
Ketika bertumbuh dewasa, perempuan yang sedari kecil telah dibentuk untuk memiliki cinderella complex ini cenderung akan memiliki sifat menerima segala keputusan pasangan, berekspetasi secara berlebihan pada pasangan, takut kehilangan pasangan, tidak punya pendirian, sulit bertahan dalam suatu pekerjaan, dan membutuhkan perhatian secara berlebihan dari orang-orang di sekitarnya, khususnya pasangannya.
Namun, cinderella complex syndrom ini bukanlah sesuatu yang tidak bisa diubah. Melansir lpdp.kemenkeu.go.id, ada empat cara yang bisa dilakukan bagi perempuan yang tumbuh dengan didikan orang tua yang memanjakan, sehingga bisa menjadi perempuan yang lebih mandiri dan dewasa.
1. Lebih terbuka dan terkoneksi dengan dunia luar
Tiap individu perlu membuka diri dan terkoneksi diri dengan dunia luar. Harus banyak eksplor dan mendapatkan ekspos dari dunia.
Dengan ini, seseorang dapat memahami kondisi dunia yang sesungguhnya di mana berbagai rintangan dan masalah harus dilalui sebelum mencapai akhir yang baik. Ini merupakan cara pertama yang harus dilakukan oleh mereka yang memiliki kecenderungan cinderella complex syndrom.
2. Bangun motivasi untuk berani ambil peran di segala situasi
Menjadi terlalu pasif dalam segala kondisi adalah salah satu ciri utama dari sindrom ini. Oleh karena itu, cara kedua untuk menjadi lebih mandiri adalah dengan mengambil andil dalam mencari jalan kaluar akan suatu masalah yang dihadapi.
Bangunlah motivasi dan beranikan diri untuk menghadapi segala situasi. Bila seseorang hanya memikirkan dan terlalu fokus pada hubungannya, hidup mereka akan hanya di ruang lingkup itu saja. Maka, ubah pemikiran tersebut dengan lebih memikirkan masa depan diri sendiri.
3. Edukasi diri
Memperkaya diri dengan pengetahuan umum yang bermanfaat adalah cara lainnya untuk hidup lebih mandiri. Memiliki pola pikir untuk mempersiapkan diri untuk kondisi terburuk, mengetahui mana yang baik dan buruk, serta memiliki pengetahuan untuk menjaga diri, akan membentuk pribadi yang lebih baik.
4. Membangun rasa percaya diri
Terakhir, memiliki kepercayaan diri akan membuktikan diri sebagai pribadi yang kuat, berdualat atas diri, dan mampu untuk mencapai sesuatu dengan usaha sendiri. Ketika kepercayaan diri muncul, maka ketakutan akan tidak adanya sosok pasangan yang menjawab segala kebutuhan diri akan menghilang.
Baca juga: “Facial Dysmorphia: Topeng di Balik Kepercayaan Diri”
Meskipun umumnya cinderella complex syndrom ini disebabkan oleh pola didik dan asuh orang tua yang salah dalam membesarkan anak perempuan mereka, bukan berarti mereka yang terlanjur tumbuh dewasa dengan sindrom ini tidak bisa mengubah kondisinya. Semua orang harus bisa mengandalkan dirinya sendiri untuk setiap masalah yang dihadapi.
Penulis: Reynaldy Michael Yacob
Editor: Alycia Catelyn
Foto: halodoc.com
Sumber: halodoc.com, hellosehat.com, lpdp.kemenkeu.go.id