SERPONG, ULTIMAGZ.com – Tidak sedikit perempuan yang mendapati siklus menstruasi mereka terjadi dalam waktu yang bersamaan dengan anggota keluarga serumah atau teman dekat mereka. Fenomena ini dikenal sebagai period syncing (sinkronisasi menstruasi).
Period syncing adalah fenomena ketika perempuan yang tinggal atau sering menghabiskan waktu bersama cenderung mengalami menstruasi pada saat bersamaan. Teori ini menyatakan bahwa ketika seseorang sering berinteraksi fisik dengan orang lain yang sedang menstruasi, feromonnya dapat saling memengaruhi, dilansir dari healthline.com.
Baca juga: Stigma Menstruasi terhadap Perempuan Datang dari Masyarakat yang Seharusnya Merangkul
Biasanya, semakin dekat hubungan pertemanan perempuan, kemungkinan terjadinya period syncing akan semakin besar. Hal ini mungkin tampak biasa dan sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Namun, banyak juga yang mengaitkan period syncing sebagai simbol kedekatan emosional antarperempuan. Bahkan, gejala-gejala pramenstruasi seperti sakit kepala dan perubahan suasana hati (mood swing) juga sering dialami secara bersamaan.
Mengutip flo.health, konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Martha McClintock melalui penelitiannya di kalangan mahasiswi yang tinggal di asrama. Penelitiannya dipublikasikan dalam artikel berjudul “Menstrual Synchrony and Suppression” di majalah Nature pada 1971.
McClintock menemukan bahwa perempuan yang tinggal bersama-sama dalam asrama mengalami fenomena serupa. Para ilmuwan menantangnya untuk meneliti fenomena tersebut secara ilmiah. McClintock kemudian menjadikan topik ini sebagai tesis akhirnya di Wellesley serta memublikasikan hasilnya saat menempuh pendidikan pascasarjana di Harvard.
Meskipun temuan McClintock mendapat perhatian luas, temuan tersebut tetap tidak menghadirkan bukti kuat yang mendukung adanya period syncing. Keyakinan terhadap fenomena ini kemungkinan besar muncul karena kesalahpahaman dalam memahami pola siklus menstruasi.
Melansir tirto.id yang mengutip Scientific American, persepsi mengenai period syncing dapat muncul karena setiap perempuan memiliki siklus menstruasi yang berbeda-beda. Misalnya 28 hari, 30 hari, atau bahkan 35 hari. Durasi menstruasi pun bervariasi, ada yang berlangsung tiga hari, lima hari, atau hingga satu minggu.
Saat sekelompok perempuan dengan siklus menstruasi yang berbeda tinggal bersama, akan ada momen ketika periode mereka kebetulan bertepatan. Fenomena ini dapat dianalogikan dengan konsep Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK), yaitu siklus yang berbeda akan bertemu pada titik tertentu seiring waktu.
Selain faktor biologis, faktor psikologis juga berperan dalam cara seseorang mempersepsikan period syncing. Kesadaran individu terhadap siklus menstruasi, baik miliknya sendiri maupun orang-orang di sekitarnya, dapat membuatnya merasa bahwa siklus mereka selaras.
Mengacu kompasiana.com, manusia memiliki kecenderungan untuk mencari konfirmasi atas pengalaman pribadinya. Seseorang yang melihat polanya bertepatan dengan orang lain, akan cenderung menganggapnya sebagai bukti bahwa period syncing benar-benar terjadi.
Baca juga: Berolahraga Saat Menstruasi, Apa Boleh?
Selain itu, fenomena period syncing telah diturunkan dari generasi ke generasi dan menjadi bagian dari mitos yang berkembang di masyarakat. Konsep period syncing telah lama dipercaya tanpa adanya bukti ilmiah yang benar-benar kuat sehingga persepsi tentang fenomena ini terus berlanjut hingga kini.
Dengan demikian, alih-alih saling memengaruhi, period syncing lebih mungkin terjadi sebagai kebetulan akibat pola perulangan siklus alami setiap individu.
Penulis: Nasywa Agnesty
Editor: Jessie Valencia
Foto: freepik.com
Sumber: healthline.com, flo.health, tirto.id, kompasiana.com